PROYEK FASILITAS PENDIDIKAN DASAR FASE 1B DIDUGA MANGKRAK

Berantas.id, Palu – Penyedia Jasa yang gagal memenuhi komitmen diberi kelonggaran. Ada apa di proyek itu ?. Pelaksana proyek rehabilitasi dan rekontruksi Fasilitas Pendidikan Dasar Fase 1B ini molor dan diduga mangkrak lantaran bertele-tele sehingga proyek bantuan dari World Bank atau Bank Dunia tersebut belum tuntas alias mangkrak.

Rehabilitasi dan rekontruksi bagi 19 bangunan sekolah dengan konsep green building dengan menggunakan material ramah lingkungan berupa beton precast K-375, baja ringan dan alumunium itu tampak dan diduga terbelit problem serius.

Anggaranya pun fantastis hingga merogoh uang Negara mencapai Rp 37,4 Miliar. Proyek itu bisa menjadi batu sandungan bagi pihak-pihak yang terkait. Jika memang harus diteruskan, pihak pemberi pekerjaan bersiap-seiap menambal biayanya.

Audit Total Sekolah Bantuan Setahun berjalan sejak di teken kontrak berlabel HK.02.01/KONT/SPPP.ST/PSPPOP.11/02/2 020 pada tanggal 5 Juni 2020 oleh kontraktor pelaksana PT Sentra Multikarya Infrastruktur, 19 bangunan sekolah yang tersebar di Kota Palu dan Kabupaten Sigi, faktanya masih tampak berserakan.

Hasil penelusuran tim investigasi Berantas.id belum lama ini, masih banyak bangunan sekolah belum rampung dikerjakan bahkan ditinggal begitu saja oleh para pekerja dibangunan proyek itu.

Salah satu contoh bangunan sekolah di SDN 1 Petobo, SDN 2 Petobo, SDN Inpres Petobo dan MTsN 3 Kota Palu, Bangunan itu tampak  berserakan dan tidak difungsikan serta sebagian kontruksi bangunannya juga banyak yang mengalami kerusakan, seperti bangunan pada lantai WC amblas tanpa keramik, tembok tanpa acian, tembok yang ditambal dengan calsibor, Konsen jendela dan jendela yang belum terpasang, sebagian besar palfon belum terpasang serta sebagian besar parkir paving blok tampak berhamburan dan belum terselesaikan.

Selain itu juga, dilokasi pekerjaan ditemui ada banyak sisah material berserakan. Meskipun pada saat ini, pihak pengelolah sekolah MTsN 3 Kota Palu itu telah membuka penerimaan bagi siswa untuk tahun ajaran baru.

Tidak salah jika publik menilai proyek kontruksi fisik itu diduga mangkrak dan gagal konstruksi. Diproyek ini kontraktor pelaksana bisa leluasa berjalan pelan dan diduga melanggar kontrak tanpa khawatir bakal kena sanksi. Salah satu contoh dengan kelonggaran yang diberikan kepada kontraktor yang gagal memenuhi kontrak di 19 ( Sembilan Belas) bangunan sekolah.

Dalam prakteknya, pemilik atau pengguna proyek berhak memutuskan kerjasama jika penyedia jasa gagal memenuhi janji . Tapi celakanya, PPK Prasarana Strategis II, dan Kepala Balai Prasarana Permukiman wilayah (BPPW) Provinsi Sulawesi Tengah sebagai perpanjangan dari pemerintah pusat, justru memelih bungkam saat dikonfirmasi via aplikasi Whatsapp.

Alih-alih putus kontrak, kontraktor PT Sentra Multikarya Infrastruktur yang cuek pada pelaksanaan proyek itu, justru malah diberi kelonggaran berupa amandemen perjanjian berupa perpanjangan waktu melaksanakan proyek yang berakibat bertambahnya konsesi untuk meraup keuntungan di proyek ini

Hasil riset Tim menyebutkan, untuk tahun anggaran 2020 lalu Ditjen Cipta Karya Kementrian PUPR melalui BPPW Provinsi Sulawesi Tengah, telah mengalokasikan anggaran untuk rehabilitasi dan rekontruksi pendidikan dasar Fase 1 B senilai Rp37,413.102.000, yang digarap oleh PT Sentra Multikarya Infrastruktur, dan konsultan pengawas dikelolah oleh PT Yodya Karya.

Berikut daftar sekolah yang mendapat alokasi anggaran rekontruksi dan rehabilitasi senilai Rp. 37,4 Miliar yang tersebar di Kota Palu dan Kabupaten sigi

Kota Palu

1.SD Inpres Buluri

2. SD Swasta Al Akbar

3. MTSS Walisongo Palu

4. SD Islam Iqra Petobo

5. SDN 1 Petobo

6. SDN 2 Petobo

7. SDN Inpres Petobo

8. SMKS Justitia

9. TK Annisaul Khairat

10. TK KT Bamba

11. TK Nosarara

12. MTsN 3 Kota Palu

*Kabupaten Sigi*

1. MTSS Alkahirat Bobo

2. MTSS Alkahirat Kaleke

3. MTSS Alkahirat Balamoa

4. MIS Alkhairat Bangga

5. MTSS Alkahirat Niadul Khairat Pombewe

6. SD Islam Terpadu Insan Gemilang

7. RA Darul llman

Sampai berita ini diterbitkan, 19 bangunan sekolah dengan konsep green building dan menggunakan material ramah lingkungan berupa beton precast K-375, baja ringan dan alumunium itu belum ada yang selesai 100 %, menurut sumber yang enggan disebutkan identitasnya. ( Tim )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *