Berantas.id,PALU – Masalah kebocoran pipa air yang menimbulkan genangan dan merusak bahu dan badan jalan di sejumlah titik di Kota Palu memunculkan polemik baru. Dua pihak yang terlibat dalam proyek air bersih—PT Jatsuka-Tirta Mandiri KSO dan PDAM Uwe Lino Donggala—saling tuding sebagai penyebab utama kebocoran tersebut.
Kondisi di lapangan memperlihatkan genangan air muncul di berbagai ruas jalan, seperti di bahu dan badan Jalan Veteran serta Jalan Maleo. Air yang terus mengalir dari bahu jalan menyebabkan aspal tergerus dan permukaan jalan amblas. Bekas galian proyek juga tampak tidak diratakan dengan baik, sehingga membahayakan pengendara.
“Setiap hari ada saja motor yang nyaris tergelincir. Airnya tidak berhenti keluar,” ujar warga sekitar Jalan Veteran, Jumat (7/11/2025).
Pihak PT Jatsuka-Tirta Mandiri, selaku kontraktor pelaksana proyek pipa senilai Rp46 miliar milik Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulteng, menegaskan bahwa sumber kebocoran bukan dari pipa proyek yang mereka kerjakan.
“Sudah dicek, yang bocor itu pipa PVC dua inci milik PDAM Donggala, dan sudah mereka perbaiki. Jadi bukan pipa kami,” kata Hardi, perwakilan PT Jatsuka, melalui pesan singkat, Kamis malam (6/11).
Menurut Hardi, proyek jaringan perpipaan tersebut masih dalam masa pemeliharaan, dan pihaknya tetap menyiagakan tim lapangan jika ada perbaikan yang diperlukan.
Namun bantahan itu tidak sepenuhnya diterima PDAM Uwe Lino Donggala. Kepala Bagian Teknik PDAM, Mohamad Rizal, mengakui bahwa memang ada satu titik pipa bocor milik mereka, namun ia juga menuding proyek galian yang dilakukan PT Jatsuka menjadi penyebab munculnya kebocoran di banyak titik lainnya.
“Banyak pipa kami yang kena saat mereka menggali. Kebanyakan hanya dibalut pakai ban, tidak diperbaiki dengan benar, jadi saat tekanan air besar, pasti bocor lagi,” ujarnya.
Rizal menambahkan, sebelum ada proyek tersebut, pipa milik PDAM Donggala jarang mengalami kebocoran.
“Setelah pekerjaan mereka dimulai, kebocoran jadi sering terjadi. Teman-teman kami di lapangan sampai kewalahan,” ungkapnya.
Ia juga mencontohkan kondisi di Jalan Maleo, di mana terjadi penurunan kualitas jalan akibat pipa bocor yang disebutnya terkait langsung dengan pekerjaan proyek.
“Logikanya, apakah sebelum proyek ini jalan rusak dan pipa bocor sebanyak ini? Kan tidak,” tegas Rizal.
Proyek pembangunan jaringan perpipaan dan sambungan rumah itu merupakan program Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya, dibiayai oleh pinjaman World Bank (LOAN) tahun anggaran 2023–2024.
Namun, alih-alih memperbaiki layanan air bersih dan infrastruktur kota, proyek senilai puluhan miliar itu kini justru disorot karena meninggalkan kerusakan jalan dan menyusahkan masyarakat.
Warga pun berharap pemerintah dan pihak terkait segera turun meninjau lokasi dan memastikan tanggung jawab atas kerusakan yang terjadi.
“Kalau dibiarkan, nanti jalan ini hancur semua,” keluh seorang pengendara. (B1)
