“Situr Wijaya Meninggal Mendadak”, NCW Minta Penyelidikan Serius

Berantas.id,Palu – Koordinator Nasional Corruption Watch (NCW) Sulawesi Tengah, Anwar Hakim, mengungkapkan adanya dugaan kejanggalan dalam kematian mendadak jurnalis investigasi Situr Wijaya yang ditemukan meninggal dunia di Hotel D’Paragon, Jakarta Barat, Jumat, 4 April 2025 lalu.

Koordinator Nasional Corruption Watch (NCW) Sulawesi Tengah, Anwar Hakim ( Foto Ist)

Menurut Anwar, Situr merupakan sosok yang sangat aktif dalam membongkar berbagai persoalan agraria, termasuk kasus pertanahan dan perusahaan sawit yang tengah bergulir di Morowali Utara (Morut). Ia menyebut Situr terlibat langsung dalam proses pengumpulan data, verifikasi, hingga penyusunan narasi untuk pelaporan ke Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tengah (Kejati Sulteng).

“Dia ikut dalam proses pengumpulan data, verifikasi dan mendampingi pelaporan ke Kejaksaan Tinggi. Anak ini sangat aktif dan agresif, bahkan saya pernah minta dia bantu buat narasi dan lengkapi dokumen pendukung,” kata Anwar Hakim saat dihubungi, Senin (14/4/2025).

Anwar juga menyampaikan bahwa sebelumnya ia pernah mengutus Situr ke Jakarta bersama dua rekannya untuk melakukan audiensi dengan sejumlah pihak, termasuk rencana bertemu dengan Menkopolhukam saat itu, Mahfud MD. Namun, karena keterbatasan biaya, mereka tidak berhasil menyelesaikan urusan tersebut dan kembali ke daerah lebih awal.

“Kira-kira setengah bulan mereka di Jakarta, tapi karena masalah biaya, mereka pulang dulu. Satu bulan kemudian saya ketemu dia di Palu. Saya bilang, kamu tidak pernah berobat ya, jalan terus. Dia jawab iya, karena pembayaran website-nya juga tersendat,” ungkap Anwar.

Setelah pertemuan di Palu itu, Situr kembali bergerak ke Morowali bersama seorang pengacara bernama Dayat dan anak Anwar Hakim. Sejak saat itu, komunikasi dengan Situr terputus hingga akhirnya kabar kematiannya muncul secara tiba-tiba.

Anwar mengaku terkejut ketika mengetahui Situr ditemukan meninggal di Jakarta. Ia terakhir kali meminta Situr untuk menaikkan berita soal hasil verifikasi dan validasi atas masalah perusahaan sawit di Morowali Utara. Namun setelah mengirimkan bahan narasi, Situr tak lagi memberi kabar.

“Itu hari dia copy dengan saya, ya saya krimkan. Setelah itu, tidak ada kabar. Tiba-tiba saya dengar kabar almarhum ini meninggal di Jakarta,” ujar Anwar.

Tak hanya itu, Situr juga sempat mendampingi pelaporan warga berinisial Hi. A ke Kejati Sulteng terkait dugaan pelanggaran dalam sektor agraria. Anwar mengenang Situr sebagai sosok yang tajam dalam menulis dan memahami isu hukum dan pertanahan.

“Dia memang agresif, satu dua poin saja narasi dia bisa kembangkan sepanjang datanya jelas,” kenangnya.

Anwar mengaku sebenarnya sangat ingin bertemu dengan Situr sebelum Hari Raya Idulfitri, namun karena dirinya tengah menjalani operasi mata di Makassar, pertemuan tersebut tidak sempat terlaksana.

“Saya kaget tiba-tiba saya dengar sudah meninggal. Saya tanya teman, saya bilang siapa temani kesana, dia bilang sendiri,” ucapnya penuh duka.

Kini, publik menanti hasil autopsi yang telah dilakukan oleh Polda Metro Jaya untuk mengetahui penyebab pasti kematian jurnalis muda tersebut. Banyak pihak, termasuk aktivis dan organisasi masyarakat sipil, mendorong agar penyelidikan dilakukan secara serius,menyeluruh dan transparan untuk menghindari spekulasi liar serta memastikan tidak ada unsur kekerasan atau pembungkaman terhadap suara kritis.***